Dampak menyekolahkan terlalu dini terhadap fitrah seksual anak
Tantangan hari ke 4
Dampak menyekolahkan anak terlalu dini terhadap fitrah seksual anak
*Tantangan*:
Saat ini pendidikan usia dini marak sekali. Dalam satu desa kita bisa menemukan 2 hingga 3 PAUD dan sebagian orang tua menganggap wajib hukumnya memasukkan anak mereka ke PAUD sebelum TK, padahal dalam aturan Kemendikbud bahkan memasukkan anak ke TK saja tidak wajib hukumnya sebelum anak anak masuk SD. Jadi intinya PAUD dan TK ini hukumnya sunnah atau tergantung dari keputusan orang tua.
Ternyata dalam penelitian disebutkan bahwa memisahkan anak dari orang tuanya berdampak serius pada masa depan si anak.
"Pendidikan usia dini sekarang tengah marak maraknya, di mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Sekolah bertebaran di mana mana,kursus kilat untuk anak pun juga bertaburan. Dunia pendidikan saat ini betul betul penuh dengan denyut kegairahan.
Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi org awam tapi apabila kita amati lebih cermat hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan usia dini melakukan kesalahan.
Di antara yg paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini akibatnya bermunculanlah anak anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Tekanan yg bertubi tubi membuat anak cepat mekar,anak anak bertingkah laku layaknya orang dewasa,berpakaian dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Disisi lain media pun merangsang anak cepat mekar,banyak program tv yang belum pantas ditonton,media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa. Sebagai seksual promosi yg menyesatkan.
Jika anak anak tercabut dari masa kanak kanaknya maka lihatlah ketika anak anak itu menjadi dewasa maka ia akan menjadi orang dewasa yang kekanak kanakan"
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 278-282 )
Adapun kasus kasus penyimpangan mendidik pada usia 0-7 tahun:
>menitipkan anak di bawah usia aqilbaligh,terutama dibawah 7 tahun pada orang lain atau lembaga atau boarding school dengan alasan apapun kecuali wafat atau uzur.
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 269)
Sedangkan kasus penyimpangan mendidik pada usia 7-10 thn
>Fitrah peran seksualitas .Anak lelaki tidak didekatkan dengan ayah dan anak perempuam tidak didekatkan dgn ibu sehingga fitrah gender anak anak tidak tumbuh semestinya dan tidak memahami perbedaan peran sosial lelaki dan perempuan misalnya shalat berjamaah di masjid bagi laki laki bersama ayah dsb.
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 2947)
Fenomena maraknya lembaga pendidikan usia dini dan penyebabnya:
🍁 semakin kerasnya kompetisi
🍁 ayah dañ ibu bekerja
🍁 ikut-ikutan tetangga atau saudara
*Dampak*
Mengikutsertakan anak di pendidikan usia dini secara formal ketika anak belum siap
ternyata memberikan dampak buruk pada fitrah seksual anak ( tidak bisa menggunakan ukuran umur secara keseluruhan karena kesiapan anak berbeda beda, ada yg umur 3 tahun memang meminta sekolah tp ada pula yg umur 4 tahun masih enggan sekolah). Adapun dampaknya antara lain :
1. Penyimpangan perilaku seksual dan kegamangan terhadap diri sendiri rawan muncul kedepannya.
Banyak riset modern yang meneliti anak yg terpisah dr orang tua sejak dini diantara usia 3-13 thn menemukan bahwa pemisahan ini memicu kesedihan dan kecemasan mendalam,ketidakpercayaan pada hubungan dekat atau memiliki masalah kelekatan(kebutuhan akan perasaan aman sebagai bagian fitrah manusia) Dsb. Sedangkan anak dgn figur lengkap akan merasa aman dan nyaman bersama kedua orangtua sejak dini sampai usia 13-14 thn atau aqil baligh maka selama masa anak anaknya itu akan memiliki emosi positif,mandiri,ceria,memilih org tua drpada org asing jika dewasa akan mudah menjalin hubungan yg penuh kepercayaan dsb.(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 297)
2. Memasukkan anak ke PAUD yang gurunya tidak sepasang bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi "melambai", sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya. (https://m.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266)
3. Anak lebih rentan menjadi korban kejahatan seksual
diakibatkan rendahnya bonding terhadap orang tua, anak menjadi pribadi yang tertutup atau minimnya pengetahuan anak mana anggota tubuh yg boleh atau tidak boleh dipegang oleh orang asing, membuat anak mudah menjadi korban ketika berada di sekolah/luar rumah. Sering kita dengar banyak kasus pelecehan pada anak yang dilakukan oleh guru
*Solusi*
Sebelum menyerahkan anak pada institusi pendidikan terlalu cepat orang tua harus mematangkan bonding pada anak terlebih dahulu. Dalam buku CORETAN PENAKU SEBUAH WARISAN UNTUKMU diperkenalkan metode Engange Observe Watch Listen (EOWL) dalam mendampingi anak anak di awal kehidupannya agar kita peka terhadap kesiapan anak untuk memasuki dunia yang lebih luas.
Pendampingan ini perlu dilakukan orang tua dan tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan dasar seksualitas pada sekolah. Pendidikan Itu berupa:
Untuk anak usia 1-5 thn: kenalkan Anggota Tubuh anak secara detail
Untuk anak 5-10 th: jawab pertanyaan dengan benar
Pendidikan seksualitas anak usia Dini:
1. Jalin komunikasi sehingga anak terbuka pada orang
2. Persepsi seks diarahkan pada jenis kelamin
3. Jelaskan perbedaan laki-laki Dan perempuan secara fisik
4. Mengajarkan anak menghargai Dan melindungi tubuhnya sendiri
(Buku bunda Sayang hal.166)
Kesimpulan
Jika memilih tetap menyekolahkan maka bonding antara anak dan orang tua sudah kuat,orang tua tetap memantau kegiatan anak di sekolah dan mendampingi anak ketika dirumah.
#day4
#game11
#kuliahbunsay
#iip
#learningbyteaching
Dampak menyekolahkan anak terlalu dini terhadap fitrah seksual anak
*Tantangan*:
Saat ini pendidikan usia dini marak sekali. Dalam satu desa kita bisa menemukan 2 hingga 3 PAUD dan sebagian orang tua menganggap wajib hukumnya memasukkan anak mereka ke PAUD sebelum TK, padahal dalam aturan Kemendikbud bahkan memasukkan anak ke TK saja tidak wajib hukumnya sebelum anak anak masuk SD. Jadi intinya PAUD dan TK ini hukumnya sunnah atau tergantung dari keputusan orang tua.
Ternyata dalam penelitian disebutkan bahwa memisahkan anak dari orang tuanya berdampak serius pada masa depan si anak.
"Pendidikan usia dini sekarang tengah marak maraknya, di mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Sekolah bertebaran di mana mana,kursus kilat untuk anak pun juga bertaburan. Dunia pendidikan saat ini betul betul penuh dengan denyut kegairahan.
Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi org awam tapi apabila kita amati lebih cermat hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan usia dini melakukan kesalahan.
Di antara yg paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini akibatnya bermunculanlah anak anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Tekanan yg bertubi tubi membuat anak cepat mekar,anak anak bertingkah laku layaknya orang dewasa,berpakaian dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Disisi lain media pun merangsang anak cepat mekar,banyak program tv yang belum pantas ditonton,media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar orang dewasa. Sebagai seksual promosi yg menyesatkan.
Jika anak anak tercabut dari masa kanak kanaknya maka lihatlah ketika anak anak itu menjadi dewasa maka ia akan menjadi orang dewasa yang kekanak kanakan"
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 278-282 )
Adapun kasus kasus penyimpangan mendidik pada usia 0-7 tahun:
>menitipkan anak di bawah usia aqilbaligh,terutama dibawah 7 tahun pada orang lain atau lembaga atau boarding school dengan alasan apapun kecuali wafat atau uzur.
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 269)
Sedangkan kasus penyimpangan mendidik pada usia 7-10 thn
>Fitrah peran seksualitas .Anak lelaki tidak didekatkan dengan ayah dan anak perempuam tidak didekatkan dgn ibu sehingga fitrah gender anak anak tidak tumbuh semestinya dan tidak memahami perbedaan peran sosial lelaki dan perempuan misalnya shalat berjamaah di masjid bagi laki laki bersama ayah dsb.
(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 2947)
Fenomena maraknya lembaga pendidikan usia dini dan penyebabnya:
🍁 semakin kerasnya kompetisi
🍁 ayah dañ ibu bekerja
🍁 ikut-ikutan tetangga atau saudara
*Dampak*
Mengikutsertakan anak di pendidikan usia dini secara formal ketika anak belum siap
ternyata memberikan dampak buruk pada fitrah seksual anak ( tidak bisa menggunakan ukuran umur secara keseluruhan karena kesiapan anak berbeda beda, ada yg umur 3 tahun memang meminta sekolah tp ada pula yg umur 4 tahun masih enggan sekolah). Adapun dampaknya antara lain :
1. Penyimpangan perilaku seksual dan kegamangan terhadap diri sendiri rawan muncul kedepannya.
Banyak riset modern yang meneliti anak yg terpisah dr orang tua sejak dini diantara usia 3-13 thn menemukan bahwa pemisahan ini memicu kesedihan dan kecemasan mendalam,ketidakpercayaan pada hubungan dekat atau memiliki masalah kelekatan(kebutuhan akan perasaan aman sebagai bagian fitrah manusia) Dsb. Sedangkan anak dgn figur lengkap akan merasa aman dan nyaman bersama kedua orangtua sejak dini sampai usia 13-14 thn atau aqil baligh maka selama masa anak anaknya itu akan memiliki emosi positif,mandiri,ceria,memilih org tua drpada org asing jika dewasa akan mudah menjalin hubungan yg penuh kepercayaan dsb.(Harry Santosa, Fitrah Based Education hal 297)
2. Memasukkan anak ke PAUD yang gurunya tidak sepasang bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi "melambai", sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya. (https://m.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266)
3. Anak lebih rentan menjadi korban kejahatan seksual
diakibatkan rendahnya bonding terhadap orang tua, anak menjadi pribadi yang tertutup atau minimnya pengetahuan anak mana anggota tubuh yg boleh atau tidak boleh dipegang oleh orang asing, membuat anak mudah menjadi korban ketika berada di sekolah/luar rumah. Sering kita dengar banyak kasus pelecehan pada anak yang dilakukan oleh guru
*Solusi*
Sebelum menyerahkan anak pada institusi pendidikan terlalu cepat orang tua harus mematangkan bonding pada anak terlebih dahulu. Dalam buku CORETAN PENAKU SEBUAH WARISAN UNTUKMU diperkenalkan metode Engange Observe Watch Listen (EOWL) dalam mendampingi anak anak di awal kehidupannya agar kita peka terhadap kesiapan anak untuk memasuki dunia yang lebih luas.
Pendampingan ini perlu dilakukan orang tua dan tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan dasar seksualitas pada sekolah. Pendidikan Itu berupa:
Untuk anak usia 1-5 thn: kenalkan Anggota Tubuh anak secara detail
Untuk anak 5-10 th: jawab pertanyaan dengan benar
Pendidikan seksualitas anak usia Dini:
1. Jalin komunikasi sehingga anak terbuka pada orang
2. Persepsi seks diarahkan pada jenis kelamin
3. Jelaskan perbedaan laki-laki Dan perempuan secara fisik
4. Mengajarkan anak menghargai Dan melindungi tubuhnya sendiri
(Buku bunda Sayang hal.166)
Kesimpulan
Jika memilih tetap menyekolahkan maka bonding antara anak dan orang tua sudah kuat,orang tua tetap memantau kegiatan anak di sekolah dan mendampingi anak ketika dirumah.
#day4
#game11
#kuliahbunsay
#iip
#learningbyteaching
Komentar
Posting Komentar