Komunikasi Produktif Pada Anak
BISA!
Dhanu termasuk anak yang aktif bergerak. Suka dengan kegiatan luar ruangan. Maka kami memfasilitasi salah satunya dengan ikut olahraga. Seperti renang, dan akhir-akhir ini kami ikutkan les tenis.
Awalnya kami sering ajak dhanu main-main saja ke lapangan tenis, lari-lari ambil bola, terlihat senang.
"Buk, mas dhanu mau ikut les, seru buk", begitu katanya.
Lalu kami fasilitasi dengan membelikan raket tenis.
Setelah ikut les, awal berlatih secara teori, bagaimana cara memegang raket yang benar, cara memukul bola, dhanu tidak langsung bisa melakukannya dengan baik, belum bisa memukul tepat diraket, bola tidak melambung, dsb.
Saya menangkap kegalauan disikapnya. Setiap giliran memukul bola jadi tidak bersemangat, tidak antusias seperti awal orientasi lapangan.
Saya sebagai orang tua paham, mungkin dhanu belum bisa memahami, bahwa segala sesuatu butuh proses dan harus semangat, semua tidak bisa instant.
Setelah sepulang les, kami sengaja memarkir kendaraan di samping rel kereta api dekat lapangan tenis, kami cari situasi dan suasana hati yang pas untuk ngobrol dengan dhanu, sambil melihat kereta kesukaanya yang melintas.
Kami membuka obrolan tentang masinis yang semangat menyetir kereta.
"awalnya pak masinis itu juga tidak bisa menyetir lho nak, tapi karena berlatih terus, semangat, pasti bisa!", motivasi saya di awal obrolan. Obrolan ringan itu tetap berlanjut dengan pertanyaan2 darinya.
Dengan bahasa yang sederhana, mencoba memberinya pemahaman tentang identifikasi dan perumusan perasaan bahwa tantangan-tantangan harus dihadapi dan dilalui. Kami sebagai orang tua sebenarnya juga belajar darinya.
Semoga motivasi ini memberi energi positif buat dhanu bahwa jika semangat dan sungguh-sungguh mengerjakan suatu hal, pasti bisa!💪💪👍
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
Komunikasi Produktif Pada Pasangan
Choose the right time
Waktu yang tepat buat mengungkapkan, menyampaikan, berbagi cerita, saling intropeksi, membahas banyak hal yang sering kami lakukan bersama suami adalah disaat semua aktivitas rumah sudah terhandle, anak-anak sudah ganti piyama, dan beranjak tidur.
Obrolan bisa dimana saja senyaman kami, bisa dimeja makan, ruang keluarga ataupun dikamar.
Karena aktiviatas suami yang seharian bekerja, pulang rumah disaat sudah sore hari, maka waktu ngobrol tersebut kami gunakan untuk "laporan" apa saja yang terjadi, dari yang ringan seperti menceritakan aktivitas anak-anak seharian, sampai diskusi berat.
Seperti tadi malam, kami membahas tentang strategi pemetaan energi saat menjalankan aktivitas di ramadhan sampai Idul Fitri tahun ini. Evaluasi ramadhan tahun lalu, agak kemrungsung, soal pekerjaan, menyiapkan parcel yang harus dipesan sampai distribusinya, hantaran ke saudara, tetangga, dsb yang kurang termanage sehingga ada perasaan sepertinya ramadhan berlalu begitu saja, ibadah yang dirasa kurang maksimal.
Jadi kami berdiskusi untuk bisa menerapkan strategi sebaik mungkin perihal manajemen energi pekerjaan, parcel, hantaran, sehingga yang diharapkan agar ramadhan tahun ini insyaAllah lebih khusyuk dan maksimal beribadah.
Kami sepakati untuk benar-benar berusaha disiplin pada jadwal yang dibuat, misalnya minggu pertama sudah memesan parcel, suami mengatur waktu pulang lbh awal, waktu sebelum magrib harus dirumah semuanya sehingga diharapkan target bisa meningkatkan amal ibadah di bulan ramadhan ini.
Aktivitas ini kami anggap sangat penting, karena kunci dari semuanya adalah komunikasi yang efektif. Bonding juga terbentuk, saling bersinergi untuk menjadi tim yang kuat, menentukan arah laju kehidupan dan planing-planing keluarga kami. Dari hal kecil ini semoga bisa menjaga kehangatan keluarga yang berefek positif bagi keluarga kecil kami pada khususnya.
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
BISA!
Dhanu termasuk anak yang aktif bergerak. Suka dengan kegiatan luar ruangan. Maka kami memfasilitasi salah satunya dengan ikut olahraga. Seperti renang, dan akhir-akhir ini kami ikutkan les tenis.
Awalnya kami sering ajak dhanu main-main saja ke lapangan tenis, lari-lari ambil bola, terlihat senang.
"Buk, mas dhanu mau ikut les, seru buk", begitu katanya.
Lalu kami fasilitasi dengan membelikan raket tenis.
Setelah ikut les, awal berlatih secara teori, bagaimana cara memegang raket yang benar, cara memukul bola, dhanu tidak langsung bisa melakukannya dengan baik, belum bisa memukul tepat diraket, bola tidak melambung, dsb.
Saya menangkap kegalauan disikapnya. Setiap giliran memukul bola jadi tidak bersemangat, tidak antusias seperti awal orientasi lapangan.
Saya sebagai orang tua paham, mungkin dhanu belum bisa memahami, bahwa segala sesuatu butuh proses dan harus semangat, semua tidak bisa instant.
Setelah sepulang les, kami sengaja memarkir kendaraan di samping rel kereta api dekat lapangan tenis, kami cari situasi dan suasana hati yang pas untuk ngobrol dengan dhanu, sambil melihat kereta kesukaanya yang melintas.
Kami membuka obrolan tentang masinis yang semangat menyetir kereta.
"awalnya pak masinis itu juga tidak bisa menyetir lho nak, tapi karena berlatih terus, semangat, pasti bisa!", motivasi saya di awal obrolan. Obrolan ringan itu tetap berlanjut dengan pertanyaan2 darinya.
Dengan bahasa yang sederhana, mencoba memberinya pemahaman tentang identifikasi dan perumusan perasaan bahwa tantangan-tantangan harus dihadapi dan dilalui. Kami sebagai orang tua sebenarnya juga belajar darinya.
Semoga motivasi ini memberi energi positif buat dhanu bahwa jika semangat dan sungguh-sungguh mengerjakan suatu hal, pasti bisa!💪💪👍
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
Komunikasi Produktif Pada Pasangan
Choose the right time
Waktu yang tepat buat mengungkapkan, menyampaikan, berbagi cerita, saling intropeksi, membahas banyak hal yang sering kami lakukan bersama suami adalah disaat semua aktivitas rumah sudah terhandle, anak-anak sudah ganti piyama, dan beranjak tidur.
Obrolan bisa dimana saja senyaman kami, bisa dimeja makan, ruang keluarga ataupun dikamar.
Karena aktiviatas suami yang seharian bekerja, pulang rumah disaat sudah sore hari, maka waktu ngobrol tersebut kami gunakan untuk "laporan" apa saja yang terjadi, dari yang ringan seperti menceritakan aktivitas anak-anak seharian, sampai diskusi berat.
Seperti tadi malam, kami membahas tentang strategi pemetaan energi saat menjalankan aktivitas di ramadhan sampai Idul Fitri tahun ini. Evaluasi ramadhan tahun lalu, agak kemrungsung, soal pekerjaan, menyiapkan parcel yang harus dipesan sampai distribusinya, hantaran ke saudara, tetangga, dsb yang kurang termanage sehingga ada perasaan sepertinya ramadhan berlalu begitu saja, ibadah yang dirasa kurang maksimal.
Jadi kami berdiskusi untuk bisa menerapkan strategi sebaik mungkin perihal manajemen energi pekerjaan, parcel, hantaran, sehingga yang diharapkan agar ramadhan tahun ini insyaAllah lebih khusyuk dan maksimal beribadah.
Kami sepakati untuk benar-benar berusaha disiplin pada jadwal yang dibuat, misalnya minggu pertama sudah memesan parcel, suami mengatur waktu pulang lbh awal, waktu sebelum magrib harus dirumah semuanya sehingga diharapkan target bisa meningkatkan amal ibadah di bulan ramadhan ini.
Aktivitas ini kami anggap sangat penting, karena kunci dari semuanya adalah komunikasi yang efektif. Bonding juga terbentuk, saling bersinergi untuk menjadi tim yang kuat, menentukan arah laju kehidupan dan planing-planing keluarga kami. Dari hal kecil ini semoga bisa menjaga kehangatan keluarga yang berefek positif bagi keluarga kecil kami pada khususnya.
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip


Komentar
Posting Komentar